Sabtu, 21 Maret 2020

Luka Pengasuhan

"Kenapa sih malah diem aja?"
"Kenapa sih masih bisa ketawa-tawa?"
"Kenapa sih santuy pisan?"
"Kenapa sih gak nangis?"
"Kenapa sih gak dilawan? Kalo aku jadi kamu, aku udah teriak di depan mukanya"

Lagi refleksi, dan udah sering banget denger kalimat itu dari orang-orang. Aku yang ngalamin, mereka yang gemes sendiri. Awalnya aku pikir, yaudah emang aku punya watak sesantuy itu. Sampai disadarkan oleh salah satu sahabat.

"Apa yang menyebabkan kamu seperti ini karna kamu pernah mengalami yang lebih sakit kan?"

"Mungkin ada banyak luka pengasuhan masa lalu yang kamu punya dan sampai saat ini belum selesai, itu sebabnya kamu susah nangis".

"Kamu harus bisa mengakui luka yang kamu rasain selama ini. Setidaknya ada orang yang kamu percaya dan beraniin diri buat melisankan emosi-emosi negatif yang ada dalam diri kamu...... Udah gak usah nangis".

"Aku gak nangis, Nay, serius😅"

Dan gak sadar mata aku berkaca-kaca.
Suka sedih iya kan? kalo ada seseorang yang paham banget kita padahal memulai cerita pun belum.

"Terlalu sering memendam"

Mungkin, membuat aku jadi tumpul rasa, sulit menangis.
Luka pengasuhan. Luka masa kecil, luka-luka yang selama ini ada dalam proses pendewasaan membuat kepekaan rasaku menjadi korban, semua emosi yang muncul sudah aku logiskan.

"Tak ada yg bisa dilepas tanpa digenggam lebih dulu"

Gak usah denial. Luka-luka yang selama ini kamu usahakan untuk pergi, yang kamu usahakan untuk dilupakan, yang kamu lempar, kamu kubur dalam-dalam, nyatanya 20 tahun masih bersemayam.

N666eri.