Minggu, 09 Oktober 2016

NOTED!

Pembelajaran datang dengan kita keluar dari zona nyaman. Dan dengan harapan mendapat pembelajaran itu, aku masukki pintu-pintu yang terbuka. Tapi bukan maksud karena aku begitu terobsesi. Aku tidak berupaya untuk mencapai sesuatu yang orang kata hebat. Aku tidak berniat untuk mencapai goals yang orang lain buat dengan perencanaan yang matang.

Hidup terlalu singkat hanya untuk mengikuti nafsu. Aku percaya bahwa di setiap langkah dalam hidup selalu penuh dengan pembelajaran. Pembelajaran itu proses. Proses selalu berkaitan dengan orang-orang yang ada di sekitar. Dengan bisa masuk ke semua jenis orang, mencoba menangkap maksud daripada hasil bercakap dengannya, atau hanya melihat dari gelagat tubuhnya.
The more I know the more I realized and made me asking this question “Apakah memang tidak ada lagi orang baik di dunia ini?”

Kocak. Memangnya sudah aku susuri dunia ini setiap inci per inci? Bahkan setiap sudut kota-ku saja belum aku jelajahi sepenuhnya. Mana mungkin aku mengenal seluruh isi dunia dan mengeneralkan semua hal.

Kesimpulannya, aku sudah pilih jalan baru ini, karena semuanya yang telah aku lalui setahun belakangan ini sudah terlalu usang.

DIA

Dia tidak terlalu penting.
Dia tidak pernah menjadi pemeran utama.
Untuk siapapun, dalam situasi apapun.
Dia hanya menjadi pemeran utama bagi dirinya sendiri.

Kisahnya selalu saja menyedihkan, dari berbagai sisi.
Kebahagiannya hanya bersifat sementara.
Karena di dunia ini tidak ada yang abadi, termasuk cinta.
Cintanya selalu mudah berubah seperti musim.

Selalu melulu soal cinta.
Masih lelaki yang itu-itu lagi.
Matanya seakan berkaca mata kuda, tak bisa melihat yang lain-lain.
Tanpa sadar dia melewatkan yang terbaik.

Nasibnya selalu sama.
Tidak ada perubahan.
Dia lelah juga, mengapa hidup sebegininya.
Hingga pada akhirnya hidupnya penuh lagi dengan gairah.

Begitu banyak orang yang dia temui setahun belakangan ini.
Membuatnya kagum dan berpikir:
“Apakah aku bisa seperti dia?”
Yang hidupnya banyak menebar manfaat, yang hidupnya begitu hebat.

Dia pun membangkitkan passionnya kembali.
Dia mulai lagi membuka matanya lebar-lebar.
Melihat kembali yang selama ini dia abaikan.
Mendengar kembali yang selama ini dia tidak dengar.

Dia buat semuanya kembali produktif.
Namun 1 hal yang dia tidak punya.
Berdiri tegap di barisan paling depan.
Tidak ada rasa percaya diri.

Orang-orang tidak ada yang mau melihat keberadaannya.
Memperdulikannya adalah hal yang sia-sia.
Tidak ada hal yang menarik dari hidupnya.
Semua orang meremehkannya.

Dan itu semua membuatnya muak.
Dia pun mencapai titik dimana ia harus berkata:
“Inilah saatnya”

Jumat, 22 Juli 2016

ISU PANASSS

            Akhir-akhir ini pemberitaan di media sedang hangat-hangatnya membahas berita yang kebanyakan berita internasional. Seperti yang kita tahu yang paling banyak menyita perhatian diantaranya yaitu kudeta pemimpin Turki oleh militer, lalu ada juga berita dari Prancis yang “katanya” ada teror yang dilakukan oleh seseorang dibalik kemudi truk yang mengakibatkan puluhan warga Prancis tewas, dan ada juga berita yang sangat hits abis yaitu demam game yang melanda masyarakat dunia → “POKEMON GO” yang banyak menimbulkan pro dan kontra. Berita-berita tersebut seminggu terakhir ini sering mampir di layar kaya kita dan terus-terusan dibahas pagi-siang-malam di media pemberitaan dan bahkan dikaji dalam sebuah debat diskusi oleh orang-orang penting yang (bisa jadi) berkepentingan. Memang tidak ada salahnya mengikuti pemberitaan atau kasus yang sedang hangat tersebut, karena selain menjadi sebuah pengetahuan dan membuka cakrawala kita lebih luas lagi, juga karena sebagai warga negara pun kia dapat bersikap lebih kritis dan simpati.
            Tapi coba lihat ke arah lain, masih banyak permasalahan yang terjadi di Indonesia. Disini saya kecewa pada media yang terus membahas hal yang itu-itu melulu. Entah pengalihan isu atau gimana saya gak ngerti, padahal masih banyak kasus dalam negeri yang layak untuk disoroti dan dimunculkan ke permukaan. Keenakan pemerintah dong kinerjanya tidak ikut disoroti. Banyak hal luput dari pemberitaan di media. Kasus di Indonesia tidak hanya hal-hal yang menyangkut kepentingan pribadi seperti yang selama ini kita lihat macam pemberitaan kriminal, pembunuhan pegawai bank oleh pacarnya, atau pembunuhan berencana Jessica-Mirna yang tak kunjung selesai itu. Ada yang tahu kasus pembangunan pabrik semen dan penambangan karst yang mengancam kehidupan warga dari belasan desa di Rembang Jawa Tengah? Kasus yang menyangkut hal manusiawi dan menurut saya dapat dikatakan pelanggaran HAM berat ini bahkan adem ayem saja kelihatannya. Padahal banyak sekali yang tidak kita ketahui bahwa kasus ini sebenaranya sudah ada sejak pemerintahan SBY dan hingga sekarang kasusnya pun tidak kunjung selesai. Padahal sejak awal mula masuknya pabrik PT. Semen Indonesia dan penambangan Karst ke wilayah gunung, Kendeng, Rembang, Jawa Tengah, warga setempat sudah melakukan berbagai bentuk protes. Warga jelas marah dan melakukan pemberontakan dikarenakan tidak adanya sosialisasi dan pemberitahuan terlebih dahulu seputar rencana akan dibangunnya pabrik semen dan penambangan karst di wilayah mereka. Aparat polres dan TNI mengintimidasi warga yang melakukan protes dengan menangkap  beberapa orang warga dan memperlakukan warga secara tidak berperikemanusiaan. Ibu-ibu ada yang sampai terluka dilempar ke semak belukar dan diperlakukan secara kasar.
Meski warga setempat telah mengajukan banding ke pengadilan dan melakukan berbagai usaha lainnya, PT. Semen Indonesia tetap meneruskan pembangunan usahanya. Rencananya, pabrik akan mulai berproduksi sekitar awal tahun 2017. Menurut kepala proyek Rembang PT. Semen Indonesia, Ari Wardhana, pembangunan pabrik PT. Semen Indonesia akan terus dilanjutkan. Proses pembangunan pabrik tidak mungkin dihentikan karena pada awal tahun 2016 saja pembangunan sudah mencapai tahap 82% dan akan merugi jika pembangunan pabrik tidak dilanjutkan. Kini PT. Semen Indonesia sudah mendapat 37 izin penting dan tinggal menunggu 2 izin perihal pinjam kawasan hutan atau jalan produksi dan tambang, serta izin dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perhutani. Walaupun demikian, warga Kendeng, Rembang, hingga saat ini terus melakukan aksi penolakan. Salah satu bentuk penolakannya yaitu dengan mendirikan mushola di tenda yang sudah mereka tinggali sejak 16 Juni 2014. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar mereka mendapatkan perlindungan dari Tuhan.
Beberapa bulan yang lalu, petani-petani perempuan yang merupakan warga Kendeng juga melakukan protes di depan istana negara. Mereka menyemen kakinya dengan harapan pemerintah melihat dan mendengar aspirasinya.
Dulu sebelum masuknya PT. Semen Indonesia dan membabat habis wilayah Kendeng, wilayah tersebut merupakan wilayah cekungan air tanah Watuputih. Sebagian besar lainnya merupakan kawasan hutan dan pesawahan yang menjadi sumber mata pencaharian mereka yang mayoritas petani. Warga Kendeng pun kini terancam kehilangan mata pencaharian yang selama ini telah mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Dari bertanilah mereka sebenarnya sudah cukup merasa sejahtera.
Protes yang dilakukan warga Kendeng tak ayalnya demi memperjuangkan hak untuk mempertahankan sumber mata pencahariannya kembali. Ibu-ibu ikut turun dan tak gentar menghadapi para aparat yang bertubuh besar dengan dilengkapi senjata saat mereka sweeping. Mereka harus mempertahankan wilayahnya agar dapat terus melanjutkan hidup. Perlakuan-perlakuan aparat terhadap warga yang melakukan aksi penolakan, terutama terhadap perempuan sungguh tidak manusiawi. Aparat ikut berdebat kuat dengan ibu-ibu, bahkan perlakuannya terlampau kasar. Tidak hanya dari omongan, para aparat pun bahkan bermain fisik untuk meredakan protes yang dilakukan warga. Aparat memperlakukan warga secara tidak baik dan juga melukai. Dalam hal ini saja sudah terjadi bentuk pelanggaran HAM. Setiap warga negara memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat mereka. Namun kenyataannya mereka malah mendapat respon negatif. Warga Kendeng pun merasa haknya tidak didengar dan tidak ada yang memihak pada mereka yang merupakan rakyat kecil, bahkan pemerintah sekalipun.
Pembangunan di wilayah pegunungan Kendeng tentunya mengeksploitasi Sumber Daya Alam di kawasan tersebut. Pembangunan sangat berdampak negatif secara langsung dan tidak langsung terhadap lingkungan alam juga lingkungan sosial. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, wilayah Kendeng merupakan kawasan cekungan air tanah Watuputih yang dialihfungsikan menjadi area penambangan batuan kapur untuk bahan baku pembuatan semen. Hal tersebut melanggar Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 pasal 63 yang menetapkan area tersebut sebagai kawasan lindung imbuhan air. Dan juga melanggar Perda RTRW Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 Pasal 19 yang menetapkan area ini sebagai kawasan lindung geologi (F. Sahat; 2016).
Selain itu terdapat Perda yang membuktikan bahwa pembangunan pabrik semen di wilayah Kendeng melanggar dan tidak layak untuk didirikan. Terlalu banyak kerugian yang timbul dibandingkan manfaat yang akan didapat. Proses produksi akan merusak sumber daya air yang berperan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan air warga Kendeng. Lahan-lahan yang habis untuk projek semen merenggut lahan penghidupan mereka. Pada akhirnya kegiatan pertanian, keseimbangan ekosistem mati sudah, demi kepentingan para kapitalis peraup untung.
Dari pembangunan PT. Semen Indonesia dan tambang karst di Kendeng, Rembang, banyak hak-hak warga yang terenggut. Bertahun-bertahun warga melakukan penolakan dan sempat pula dikabulkan permohonan untuk dibatalkannya pembangunan tersebut tetapi kenyataannya kini kegiatan pengeksploitasian terus berlanjut. Dampak-dampak negatif terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial di Kendeng sudah sangat terasa. Hal ini seakan menunjukkan bahwa hak-hak rakyat kecil kurang diperhatikan secara serius. Tidak hanya permasalahan HAM yang masih belum bisa diselesaikan secara adil, permasalahan yang menimpa warga Kendeng pun menunjukkan bahwa permasalahan hukum masih selalu saja memenangkan pihak yang lebih tinggi dan beruang banyak.

Sumber Referensi
http://m.antaranews.com/berita/536529/pabrik-semen-indonesia-di-rembang-berproduksi-2017 Tomy Apriando dan Sapariah Saturi. 2014. Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri.

Sahat Farida. Selamatkan Kendeng Dukung Perjuangan Warga Rembang menolak pembangunan pabrik semen!!!.

Minggu, 17 Juli 2016

Indonesia VS Belanda

M
ungkin tak akan ada habisnya bila kita membandingkan Indonesia dengan negara-negara lain yang telah maju. Ini merupakan topik yang menarik untuk selalu dibahas. Indonesia sebagai negara dunia ketiga kini memang sedang dalam tahap perkembangan menuju era teknologi modern. Dan tak dapat disangkal bahwa Indonesia berkiblat pada barat. Kemajuan teknologi yang pesat, gedung-gedung yang berdiri kokoh, produktivitas industri, sarana dan prasarana yang memadai dan tertata, segalanya sangat diharapkan negara yang sedang dalam tahap lepas landas ini. Para pemimpin beserta para legislatifnya berbondong-bondong pergi ke luar negeri untuk “studi banding” dengan tujuan dapat mengkomparasi dan mencontoh hal-hal yang dimilikki oleh negara maju sehingga dapat diimplementasikan  untuk membangun negeri. Namun apakah hal seperti ini adalah konkrit dilakukan dalam pembangunan suatu bangsa?
Saya pernah membaca suatu buku yang cukup menarik yaitu Negeri van Oranje. Buku ini sudah diangkat pula menjadi sebuah film layar lebar, dan saya belum menontonnya sampai sekarang (?) LOL. Buku tersebut bercerita segala hal mengenai Belanda dari perspektif mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu disana. Dari membaca bukunya sangat dijelaskan bahwa isi dari buku tersebut mencoba menjelaskan perbedaan Belanda dengan Indonesia dari segi infrastruktur, tata ruang, kehidupan sosial budaya, kebiasaan dan keteraturan hidup warga-warganya. Saya pun dapat mengambil kesimpulan yang dapat digambarkan pada tabel berikut:

Belanda
Indonesia
Merokok di sarana publik, termasuk gedung stasiun, restoran merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan dikenai denda. Warga Belanda sangat mematuhi kebijakan tersebut dan merokok hanya ditempat yang telah disediakan dan hanya beradius 3 meter.
Memiliki kebijakan yang sama namun warga Indonesia menghiraukan larangan tersebut dan tetap merokok meskipun di tempat larangan merokok. Peraturannya pun tidak diterapkan dengan baik.
Negara yang memiliki akses internet sangat cepat. Contohnya saja jika kita mendownload film tidak perlu menunggu. Karena akan selesai dalam sekejap.
Jaringan internet tidak merata. Dan jika mendownload film akan menyita waktu.
Pasar tidak setiap hari ada. Hanya di hari-hari tertentu saja.
Dimana-mana ada pasar. Dan dimana ada pasar, disitu ada kesan kumuh dan tak teratur.
Supermarket tidak menyediakan kantong plastik. Tujuannya agar hemat kantong plastik dan ramah lingkungan. Solusi terbaik yaitu menggunakan kantong ransel atau keranjang sepeda jika berbelanja.
Tak perlu khawatir, di setiap supermarket tersedia kantong plastik. Meskipun akhir-akhir ini sudah dibuat kebijakan mengenai kantong plastik namun evaluasinya buruk.
Orang Belanda selalu tepat waktu dan menganggap keterlambatan sebagai perbuatan yang tidak sopan. Jika kita mempunyai janji dengan seseorang dan terlambat 5 menit saja sudah terhitung tidak sopan.
Paling sulit untuk menepati janji. Janjian jam berapa datang jam berapa. Telat sudah menjadi sesuatu yang lumrah.
Transportasi publik nyaman dan tertib. Namun mencari taksi sangat sulit, tidak dapat berhenti sembarangan, dan biayanya yang sangat mahal. 10 kali naik taksi sama dengan biaya kost 1 bulan. Lebih baik naik bus atau trem. Jika ingin lebih hemat dan mudah lebih baik menggunakan sepeda untuk pergi kemanapun. Sepeda merupakan transportasi nomor 1 di Belanda.
Transportasi publik jauh dari kata nyaman. Dan taksi mudah ditemukan dimana-mana. Orang Indonesia pun banyak yang memilih menggunakan kendaraan pribadi ataupun taksi.

Bisa dilihat bahwa Indonesia sangatlah tertinggal dari Belanda. Belanda memang sudah menjadi negara maju, namun para warganya memiliki tingkat kepedulian yang tinggi dan sangat mematuhi peraturan yang ada. Meski dapat dikatakan tidak ada yang tidak ada di Belanda. Segala yang dibutuhkan tersedia. Seperti sarana publik yang memadai, teknologi yang berkembang dengan baik, dan fasilitas-fasilitas semuanya tersedia. Namun warga Belanda tidak memiliki rasa angkuh, tetap bersikap rendah hati, dan tidak semua fasilitas yang tersedia dimanfatkan mentah-mentah oleh mereka. Buktinya saja meskipun sarana angkutan umum sudah sangat maju dan serba cepat, namun mereka masih menggunakan sepeda sebagai transportasi nomor 1 di negaranya. Selain itu warga Belanda memilikki tingkat kepedulian yang tinggi dan sangat mematuhi peraturan yang ada. Entah karena peraturannya yang sangat memaksa warganya untuk disiplin atau karena warga Belanda memiliki tingkat kesadaran yang luar biasa? Saya menilai bahwa di Belanda, pemerintah beserta warganya saling bekerja sama dalam memelihara dan saling peduli akan negaranya. Dapat dikatakan bahwa Belanda memilikki peraturan yang mampu dijalankan oleh warganya karena sanksi yang dikenakan jika melanggar peraturan sangat berat dan benar-benar dijalankan tanpa ada pengecualian. Hukum yang ada tidak hanya tertulis begitu saja namun juga fungsional. Sehingga warganya mengikuti peraturan tersebut dan memilikki kepedulian dan kepekaan yang lebih terhadap keberadaan dirinya di tempat ia berada.
Eittttss, tapi tidak semua aspek saling berbeda diantara kedua negara ini. Ada satu hal yang dapat disamakan antara Indonesia-Belanda yakni birokrasinya yang “ruwet” (LOL). Diperlukan kesabaran dan ketekunan dalam perihal mengurus hal-hal mengenai birokrasi. Belanda menjajah Indonesia selama ratusan tahun, dan mereka menurunkan urusan birokrasinya yang “ruwet”. Ini menggambarkan birokrat kita belum merdeka hingga sekarang.
Kembali kepada pertanyaan awal. Apakah melakukan studi banding dengan cara membandingkan dan mencontoh negara yang telah maju adalah konkrit dilakukan  dalam membangun bangsa?
Mungkin dapat dibenarkan dan tidak dapat seluruhnya pula dapat dibenarkan. Adalah baik jika pemerintah dapat mencontoh kemajuan negara-negara yang telah maju sepeti halnya Belanda. Dan saat ini pemerintah sedang dalam tahap pembangunan dalam segala sektor kehidupan. Contohnya saja dengan membangun sarana-sarana seperti proses pembangunan monorail, memperbanyak dan merevitalisasi sarana angkutan umum, dan memfasilitasi taman-taman kota. Hal-hal yang didapat dari studi banding pemerintah dengan mencontoh tata ruang kota dan sebagainya dari negara-negara maju diharapkan dapat diterapkan di Indonesia demi terciptanya keindahan dan keteraturan. Namun mirisnya, dengan melihat fakta yang ada dan proses dalam pengimplementasian pemerintah dalam usaha membangun bangsa tidak semulus apa yang direncanakan. Seperti yang ada di dalam tabel misalnya. Indonesia masih sangat jauh dari Belanda dari berbagai sektor kehidupannya. Terutama dalam membuat suatu peraturan perundangan serta membangun karakter pribadi dan kesadaran warganya. Hal ini justru yang saya anggap penting agar bangsa ini ingin maju. Tidak hanya memperbagus sarana dan tata ruang di setiap sudut kota, membangun kesadaran dan kepedulian setiap individunya juga sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Maka “PR” bagi  Jokowi akan program “revolusi mental” nya!

#ujungujungnyapresidenlagi #masihadawaktukokpak #kamibantu

Review Buku Keluarga Gerilja-Pramoedya Ananta Toer

Kali ini saya mau share tulisan saya mengenai review buku dari penulis sastra favorit sepanjang masa, Pramoedya Ananta Toer. Sebenarnya sudah saya tulis sejak Mei dan tanpa niat rencana saya menulis review ini. Semua karena tuntutan atau tawaran dari salah satu redaksi majalah ENKULTURA yaitu majalah milik Antropologi Fisip Unpad yang menawarkan saya untuk menulis di majalah tersebut. Saya pun diminta untuk menulis review buku. Tanpa pikir panjang saya pun mengiyakan karena apa sih yang engga buat jurusan tercinta:) eaaak. Saya pun langsung kepikiran untuk menulis review buku keluarga gerilja.

Buku Pramoedya Ananta Toer yang terkenal memang buku tetraloginya. Tetapi coba kalian baca Keluarga Gerilja. Merupakan buku lama dan langka yang isinya pun masih dengan ejaan lama. Merupakan buku sejarah yang disampaikan dengan cara yang berbeda. Seperti dengan bukunya yang lain, masih bernuansa nasionalisme. Namun yang menarik, dalam buku ini Pram tidak membiarkan pembaca untuk mengecap sedikit saja kebahagiaan dalam alur ceritanya. Dari awal hingga akhir, cerita yang disajikan bernuansa muram, menyakitkan, mencekam, dan bahkan tragis.

Kemuraman itu menimpa 1 keluarga yang sangat miskin yang bersetting di Jakarta pada masa revolusi kemerdekaan tahun 1949 yaitu Amilah yang merupakan seorang janda tua yang depresi beserta 7 orang anaknya yaitu Saaman (Aman), Tjanimin (Mimin), Kartiman (Maman), Salamah (Amah), Fatimah (Imah), Salami (Mimi), dan Hasan. Di buku ini diceritakanlah kehidupan masing-masing anggota keluarga tersebut yang dijabarkan dari sudut pandang masing-masing dari mereka.
Keluarga gerilja merupakan buku sederhana dengan konflik yang luar biasa. Diceritakan dalam waktu 3 hari 3 malam dan itu membuat para pembaca akan ikut masuk pada kedalaman cerita dan ikut merasakan begitu kejamnya hidup pada zaman agresi militer Belanda. Semuanya dikorbankan demi kemerdekaan Indonesia. Bahkan membunuh ayah sendiri pun menjadi sah saja.

Saaman merupakan pemuda nasionalis dan sudah muak dengan perilaku ayahnya yang sangat bertolak belakang dengan prinsipnya. Ayahnya sangat tidak nasionalis, gemar mabuk yang juga merupakan tentara KNIL yang memihak KNIL Belanda. Beserta adik-adiknya yang lain yaitu Mimin dan Maman, ia membunuh ayahnya sendiri yaitu Kopral Paidjan.
Amilah merupakan wanita simpanan di tangsi atau markas milliter yang mempunyai julukan “bunga tangsi selendang mayang”. Pada masa mudanya ia memilikki paras yang cantik sehingga para lelaki pun bertekuk letuk padanya, namun kini ia hanyalah wanita tua yang depresi akibat kekejaman revolusi. Aman yang dulu merupakan pegawai Kementrian Kemakmuran yang kini menjadi tukang becak tiba-tiba ditangkap oleh MP atau militer Belanda karena terbukti menjadi pimpinan gerilyawan yang membunuh puluhan antek Belanda termasuk ayahnya sendiri. Aman mengakui dosanya yang telah membunuh ayahnya sendiri dan mengaku akan menebus dosanya itu.
Amilah semakin depresi karena Aman anak kesayangannya yang menjadi tulang punggung keluarga tidak pulang-pulang. Kelakuan Amilah semakin menjadi-jadi. Setiap hari ia berteriak memanggil nama Aman anak kesayangannya, bersikap tempramen terhadap anak-anaknya yang lain, hingga meronta-ronta seperti binatang. Keadaan keluarganya pun semakin miskin dan sulit. Namun Mas Darsono, tunangan Salamah, bersedia menafkahi keluarga pejuang itu meskipun tidak mengubah keadaan sulit keluarga tersebut.
Sementara itu, Mimin dan maman yang merupakan tentara gerilya berada jauh dari keluarganya dan berada di Madiun. Mereka bertugas dalam misi menumpas pemberontakan komunis dan sampai akhirnya mereka berdua meninggal juga dalam sebuah peperangan.

Aman sebagai tokoh utama dalam novel ini pun berujung tragis. Aman dijatuhi hukuman mati oleh Belanda. Meskipun Direktur penjara akhirnya berpihak pada Aman dan memberikan grasi kepada Aman, juga menawarkan jaminan agar hidup keluarganya sejahtera, namun Aman tetap berprinsip dan tidak menerima kebaikan dari penjajah bangsanya sendiri. Dia tetap berjuang sampai akhir hayatnya untuk mempertahankan harga dirinya dan berprinsip pada apa yang menurutnya benar. Ia pun berakhir mati dalam tembakan di kayu sula.

“Kalau aku mati, adalah sudah nasibku. Biarlah aku mati muda. Aku baru berumur dua puluh empat tahun. Dan tahun depan aku dua puluh lima. Tapi mengapa aku takut mati? Seperempat abad kurang sedikit aku telah hidup di dunia ini. Biarlah rupa-rupanya sudah takdir Tuhan. Namun, yakinlah aku: Segala dosa yang sudah kujalankan itu adalah dosa seperorangan yang akan menguntungkan perjuangan. Aku sendiri tidak tahu betapa besar-kecilnya keuntungan itu, namun sudah kuhancurkan hampir-hampir satu seksi serdadu. Jiwa ragaku telah kugadaikan pada perjuangan” - Saaman

Senin, 02 Mei 2016

bacaan buat mahasiswa semester akhir!!!

hai hai!!! kamu mahasiswa semester akhir? Lagi ngejer banget biar bisa up cepet? Tapi dosen pembimbing kamu susah banget buat diketemuin atau dosen kamu itu cuek banget? Nah kamu visit ke blog yang tepat! Hehe. Disini aku mau share apa saja hal-hal penting atau langkah-langkah menuju sidang up kalo dosen kamu kurang bisa bimbingin kamu.

1.      Kamu harus tentuin topik skripsi kamu sampe  bisa ngejawab pertanyaan what, why, dan how kamu pengen bikin skripsi tentang topik itu. Gak harus cari judul skripsi cepet-cepet, karena judul bisa sambil berjalan pas kamu lagi nyusun skripsi. Yang terpenting adalah topik yang kuat.
2.      Kamu juga harus pertimbangin apakah topik kamu itu sesuai dengan passion kamu atau engga. Jangan karena cuman formalitas aja untuk bisa skripsi, tapi emang kamu bener-bener pengen dan tertarik atas topik kamu itu. Kemudahan akses juga harus dipertimbangin. Karena percuma kalo kamu sangat tertarik buat neliti topik kamu itu tapi susah untuk diakses. Jadi pikirkan baik-baik.
3.      Setelah itu, kamu bisa cari-cari seputar objek skripsi kamu. Bisa lewat internet, atau observasi langsung ke lapangan buat memastikan kalo objeknya ada dan bisa untuk diteliti.
4.      Kalo udah fix kamu bisa langsung melakukan tinjauan pustaka. Ini adalah langkah yang paling penting agar kamu bisa maju ke tahap up. Disini aku bakal ngejelasin secara detail.

Tinjauan pustaka merupakan kegiatan mencari dan membaca sumber-sumber yang bisa dijadikan bahan rujukan untuk penelitian yang akan kamu dihadapi, yang memuat teori-teori dari penelitian sebelumnya. Kegiatan meninjau pustaka ini merupakan hal penting buat nantinya dijadikan rujukan dalam penyusunan dasar atau kerangka teori penelitian. Dari tinjauan pustaka ini diharapkan dapat membantu peneliti untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan kemudian, terutama dapat memberikan penjelasan mengenai alasan suatu topik  penelitian dipilih untuk diteliti (Ashari:2016).
Di dalam menyajikannya ke dalam bab tinjauan pustaka pada karya tulis ilmiah, tidak boleh asal-asalan tetapi harus jelas sumber referensi yang kita kutip atau rujuk. Hal ini untuk menghindari plagiarisme. Langkah yang harus dilakukan yaitu menuliskan sumber buku/bacaan dengan jelas, salah satunya dengan menuliskannya dalam bentuk daftar pustaka.

Daftar pustaka atau bibliografi merupakan bagian yang memuat sumber-sumber tertulis seperti jurnal, buku, artikel, dan lain-lain yang pernah dikutip di dalam penulisan karya tulis ilmiah (Hamdiyati:2008). Pembuatan daftar pustaka ini bertujuan untuk menghindari plagiarisme dan menunjukkan bahwa hasil dari kutipan atau rujukan yang sumbernya ditulis di daftar pustaka bukan hasil pemikiran sendiri.
Sedangkan Anotasi bibliografi merupakan daftar bacaan yang tidak hanya memuat judul, pengarang, penerbit yang berurutan (daftar pustaka), tetapi berisikan keterangan mengenai isi dokumen dan pendapat dari penyusun (dianotasi). Dengan menggunakan anotasi bibliografi, kita dapat mengetahui isi dokumen secara ringkas sehingga akan memberikan pemahaman kepada pemustaka dengan mudah (Mentari:2014). Bentuk dari anotasi bibliografi yang sering digunakan adalah berupa ringkasan dari isi 1-2 kalimat dan evaluasi dari pembaca 1-2 kalimat (Riawanti: 2003). Contoh anotasi bibliografi adalah sebagai berikut:
Lurie, Ellen. How to Change the Schools: A Parents’ Action Handbook on How to Fight the System. New York: Random House.1970.

Written for parents who want to understand and have some impact on their local schools, this book identifies issues with which parents should be concerned –aspects of the school system which most directly affect children and parents. The author identifies the following areas: curriculum, staffing, the reporting system, cumulative records, and students’ and parents’ rights.
The book is very useful for parents, in suggesting several tactics for organizing to fight the “system”. (Riawanti: 2003)
Dari anotasi bibliografi ini nantinya akan memudahkan kamu dalam penyusunan bab tinjauan pustaka.  Selamat mencoba! J

Sumber referensi
Hutcheson, JD & J Shevin. 1976. Citizen Groups in Local Politics: A Bibliographic Review. St Barbara, Ca. & Oxford, England: Clio Books (:252)
Mentari, Sri. 2014. Penyusunan Bibliografi Beranotasi Untuk Skripsi. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan. Volume 3. Hal. 2-3. (Diunduh 19 April 2016 pukul 01:19)
Hamdiyati, Yanti. 2008. Cara Membuat Daftar Pustaka. Bandung: UPI (Diunduh 22 April 2016 pukul 12:24)
Ashari, Septiani. 2016. Pengertian dan Tujuan Tinjauan Pustaka. Dari ipapedia.web.id (Diakses 22 April 2016 pukul 15:44)
Penjabaran Tinjauan Pustaka Penelitian dari www.informasi-pendidikan.com (Diakses 22 April 2016 pukul 15:58)

Senin, 04 April 2016

dear "mean" people

I’m still trying to be better in time. I thought i can’t be the same like you. I know you so far above me. But who knows? Someday i deserves comparing with you baby. I’ll be hit you out and there’s no one you. you can't underestimate me again. i deserve for anything. Because i’ve been spending my whole life with struggle. I started from the bottom and now i’m here (done yet) for work harder. Struggle is real!!!!!


Ini belum terlambat. Semuanya masih berjalan, semuanya masih berputar, dan masih banyak peluang bagi setiap orang yang berusaha. Lebih baik melakukan perubahan, meskipun sedikit, tapi perubahan itu berarah ke depan.


Semangat bagi kalian yang masih berjuang. Ingat, jangan percaya sama orang yang bilang kalo kamu gak pantas dapetin apa yang kamu mau!-R