Minggu, 09 Oktober 2016

NOTED!

Pembelajaran datang dengan kita keluar dari zona nyaman. Dan dengan harapan mendapat pembelajaran itu, aku masukki pintu-pintu yang terbuka. Tapi bukan maksud karena aku begitu terobsesi. Aku tidak berupaya untuk mencapai sesuatu yang orang kata hebat. Aku tidak berniat untuk mencapai goals yang orang lain buat dengan perencanaan yang matang.

Hidup terlalu singkat hanya untuk mengikuti nafsu. Aku percaya bahwa di setiap langkah dalam hidup selalu penuh dengan pembelajaran. Pembelajaran itu proses. Proses selalu berkaitan dengan orang-orang yang ada di sekitar. Dengan bisa masuk ke semua jenis orang, mencoba menangkap maksud daripada hasil bercakap dengannya, atau hanya melihat dari gelagat tubuhnya.
The more I know the more I realized and made me asking this question “Apakah memang tidak ada lagi orang baik di dunia ini?”

Kocak. Memangnya sudah aku susuri dunia ini setiap inci per inci? Bahkan setiap sudut kota-ku saja belum aku jelajahi sepenuhnya. Mana mungkin aku mengenal seluruh isi dunia dan mengeneralkan semua hal.

Kesimpulannya, aku sudah pilih jalan baru ini, karena semuanya yang telah aku lalui setahun belakangan ini sudah terlalu usang.

DIA

Dia tidak terlalu penting.
Dia tidak pernah menjadi pemeran utama.
Untuk siapapun, dalam situasi apapun.
Dia hanya menjadi pemeran utama bagi dirinya sendiri.

Kisahnya selalu saja menyedihkan, dari berbagai sisi.
Kebahagiannya hanya bersifat sementara.
Karena di dunia ini tidak ada yang abadi, termasuk cinta.
Cintanya selalu mudah berubah seperti musim.

Selalu melulu soal cinta.
Masih lelaki yang itu-itu lagi.
Matanya seakan berkaca mata kuda, tak bisa melihat yang lain-lain.
Tanpa sadar dia melewatkan yang terbaik.

Nasibnya selalu sama.
Tidak ada perubahan.
Dia lelah juga, mengapa hidup sebegininya.
Hingga pada akhirnya hidupnya penuh lagi dengan gairah.

Begitu banyak orang yang dia temui setahun belakangan ini.
Membuatnya kagum dan berpikir:
“Apakah aku bisa seperti dia?”
Yang hidupnya banyak menebar manfaat, yang hidupnya begitu hebat.

Dia pun membangkitkan passionnya kembali.
Dia mulai lagi membuka matanya lebar-lebar.
Melihat kembali yang selama ini dia abaikan.
Mendengar kembali yang selama ini dia tidak dengar.

Dia buat semuanya kembali produktif.
Namun 1 hal yang dia tidak punya.
Berdiri tegap di barisan paling depan.
Tidak ada rasa percaya diri.

Orang-orang tidak ada yang mau melihat keberadaannya.
Memperdulikannya adalah hal yang sia-sia.
Tidak ada hal yang menarik dari hidupnya.
Semua orang meremehkannya.

Dan itu semua membuatnya muak.
Dia pun mencapai titik dimana ia harus berkata:
“Inilah saatnya”