Sabtu, 21 Maret 2020

Luka Pengasuhan

"Kenapa sih malah diem aja?"
"Kenapa sih masih bisa ketawa-tawa?"
"Kenapa sih santuy pisan?"
"Kenapa sih gak nangis?"
"Kenapa sih gak dilawan? Kalo aku jadi kamu, aku udah teriak di depan mukanya"

Lagi refleksi, dan udah sering banget denger kalimat itu dari orang-orang. Aku yang ngalamin, mereka yang gemes sendiri. Awalnya aku pikir, yaudah emang aku punya watak sesantuy itu. Sampai disadarkan oleh salah satu sahabat.

"Apa yang menyebabkan kamu seperti ini karna kamu pernah mengalami yang lebih sakit kan?"

"Mungkin ada banyak luka pengasuhan masa lalu yang kamu punya dan sampai saat ini belum selesai, itu sebabnya kamu susah nangis".

"Kamu harus bisa mengakui luka yang kamu rasain selama ini. Setidaknya ada orang yang kamu percaya dan beraniin diri buat melisankan emosi-emosi negatif yang ada dalam diri kamu...... Udah gak usah nangis".

"Aku gak nangis, Nay, serius😅"

Dan gak sadar mata aku berkaca-kaca.
Suka sedih iya kan? kalo ada seseorang yang paham banget kita padahal memulai cerita pun belum.

"Terlalu sering memendam"

Mungkin, membuat aku jadi tumpul rasa, sulit menangis.
Luka pengasuhan. Luka masa kecil, luka-luka yang selama ini ada dalam proses pendewasaan membuat kepekaan rasaku menjadi korban, semua emosi yang muncul sudah aku logiskan.

"Tak ada yg bisa dilepas tanpa digenggam lebih dulu"

Gak usah denial. Luka-luka yang selama ini kamu usahakan untuk pergi, yang kamu usahakan untuk dilupakan, yang kamu lempar, kamu kubur dalam-dalam, nyatanya 20 tahun masih bersemayam.

N666eri.

Kamis, 19 April 2018

To all beautiful girls out there♡

Cinta kadang memang begitu adanya.
Cinta kadang memang tak harus memiliki, cukup untuk dinikmati dari kejauhan saja.
Kita tumbuh dengan harapan bahwa cinta akan berakhir dengan bahagia selamanya.
Tapi tak semua kisah bisa begitu.

Saat kamu patah hati, orang akan bertanya
"Sudah berapa lama kalian bersama?"
Seolah sakit hati bisa ditentukan oleh berapa lama pasangan sudah bersama.
Kupikir, cinta tak berbalas sama saja dengan cinta yang lain.
Bisa menghancurkan, bisa mendebarkan.

Aku ingin kamu mengingat bahwa,
Apa yang kamu lakukan adalah mencintai tanpa pamrih.
Kamu mencintai karena memang mencintai, tak ada maksud lain di balik itu.
Suatu hari nanti, kamu akan menemukan orang yang mencintaimu dengan cara yang sama.

Pernah skripsian

Kadang kita lupa bersyukur ya.
Contohnya saya pribadi. Kemarin-kemarin minta ingin cepat lulus, ingin cepat sidang, ingin cepat wisuda. Dan setelah wisuda malah lupa semuanya. Lupa kalo udah melewati tahap yang luar biasa berat. Padahal kalo dipikir-pikir untuk sekarang "gila, kapan lagi bisa nulis 200 halaman".
Itu skripsi aneh bin ajaib. Gak nyangka bisa nyelesain tulisan kesotoyan dan disidangin di depan dosen-dosen senior yang jenius di antropologi ungpat. Ditambah dosen pembimbing S3, disegani, dan di acc pula si skripsinya. Pas sidang lancar, nilai alhamdulillah. Nikmat mana lagi yang kau dustakan? terlepas dari usaha dan kerja keras, itu semua terjadi atas kuasa-Nya, kebaikan-Nya.

Kalo dipikir-pikir, perjalanan skripsi saya ini bisa dibilang paling berat dan paling panjaaaaaaaaaaaaaaaaang dibanding temen-temen saya yang lain hahaha.
Pertengahan 2016 saya udah ngajuin topik. Dari awal hingga titik darah penghabisan saya pertahankan topik ini. Keukeuh dan gak mau ganti. Topiknya mengenai gender dan militer. Untuk alasan yang non akademis dan praktis, saya pilih topik itu karena saya percaya kesetaraan gender di tengah budaya Indonesia yang patriarkis. Dibalik banyaknya pandangan perempuan itu lemah, perasa, dan menempati posisi 'second sex', mereka memiliki sisi "kekerenannya" sendiri. Di penelitian ini saya ingin menabrak pandangan itu, yang digambarkan oleh tentara perempuan yang berdinas di Dinas Jasmani Angkatan Darat kota Cimahi.

Dari pertengahan 2016 hingga awal 2017 saya memulai tahap studi literatur. Mencoba mencari tau tentang militer, perempuan militer di indonesia dan di seluruh dunia. Dikasih bahan bacaan banyaaaaaaaaaaaaaaaaak banget sama dosbing. Dan bacaan yang dicari oleh diri sendiri juga banyaaaaaaaaaaaaaak banget. Wajib jurnal+buku dan 80% english semua:') sampe akhirnya dosbing mau membimbing dan ttd diatas surat pernyataan pada tanggal 16 januari 2017 untuk membimbing saya setahun kedepan. Kalo gak lulus tahun depan, ya ganti judul dan cari dosen lain. Saya sebenernya gak masalah, saya pikir setahun memang waktu yang ideal untuk menyusun skripsi. Tapi setelah dijalankan, ternyata gak semudah itu. Dosbing saya ini perfectionist, revisian setiap hari. Senin pagi ngerjain, malemnya kirim email, besok subuhnya udah ada lagi kirimin email dari beliau. Dan saya kerjain lagi paginya sampe sore. Waktu belum punya pacar saya bisa ngerjain skripsi dari jam 10 pagi sampai 9 malem. Tapi setelah punya, saya terbiasa kerjain skripsi dari jam 9 pagi sampe jam 4 sore. DAN ITU SETIAP HARI:')

Bisa dibilang saya termasuk mahasiswa yang cepat untuk sidang up. Tapi....... untuk tahap-tahap berikutnya termasuk yang lamaaaaaaaaaaa banget heu bisa dibilang mahasiswa telat lulus. Jatuh bangun lebih ke hubungan dengan dosen pembimbing, sampai pernah di blok WA karena saya terlalu ngejar beliau._. Mungkin iya skripsi saya masih jauh dari kata baik, makanya sering direvisi. Dari segi tata bahasa pun sampai cari-cari dan gonta ganti editor. Buruk banget emang ya pembendaharaan kataku?:(
Saya pun sadar, kalo apa yang dilakuin dosen pembimbing saya itu karna saking pedulinya. Kayaknya cuman beliau satu-satunya dosen pembimbing yang sepeduli itu sama anak didiknya.

Pernah juga beliau sibuk 3 bulan dan kami gak pernah bimbingan lagi. But at least, everything has done! Setelah skripsi yang udah jadi semenjak juli 2017 dan diombang ambing, dirombak habis, skripsi saya diacc untuk diseminarkan pada bulan november 2017. Saya gak bisa berkata-kata, gak cukup buat cuman bilang makasih buat dosbing yang udah bikin skripsi saya menjadi baik, baik dalam isi maupun tata bahasa. Alhasil skripsi saya ini diapresiasi oleh beliau, dosen, dan adik-adik kelas yang banyak bertanya gimana cara membuat skripsi yang baik.

Skripsi saya ini adalah karya yang saya buat untuk membuktikan kemampuan saya sebagai seorang akademisi dan juga sebagai calon antropolog. Skripsi saya bukan hanya karya saya sendiri, tetapi adalah sebuah karya yang saya hasilkan dengan bantuan banyak pihak. Setiap pihak telah mencurahkan bantuan tanpa pamrih pada saya dalam aneka bentuk. Saya menghargai dan mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah memberikan bantuan pada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Rabu, 18 Januari 2017

Pembangunan dan Analisis mengenai Dampak Lingkungan


            Masyarakat desa maupun kota sekarang ini tidak terlepas dari program “pembangunan”. Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang mempunyai sifat berkelanjutan, berubah pada arah yang maju, tidak merugikan masyarakat dan tetap menjaga keseimbangan ekologi di dalamnya. Namun sayangnya, di kota kita ini saja pun dalam setiap proyek pembangunannya seringkali tidak memerhatikan aspek-aspek tersebut. Pemimpinnya saja lebih mengedepankan keindahan dan tidak mempertimbangkan sisi kemanusiannya. “ari pohon dibajuan, ari jelema diantepkeun buligir”, begitu kata salah seorang bapak yang terkena dampak sebuah pembangunan taman di kota Bandung.
            Memang benar kota ini menjadi indah dengan program-program dari pemerintah kota, wajar saja toh pemimpinnya memiliki background arsitek. Tapi kelemahannya dia tidak pandai berbincang dengan warga. Dia mungkin tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa dibalik program pembangunan yang dicanangkan banyak warga yang merasa dirugikan. Saran sih, seharusnya yang namanya pemimpin bukan dari lulusan arsitek. Utamakan yang mengerti pada bidang sosial agar dapat memanusiakan warganya. Agar dia paham bahwa dibalik pembangunan itu ada kehidupan sosial suatu masyarakat yang sudah membudaya.
            Saya akan sedikit berbagi ilmu keantropan dan sedikit pemahaman saya di bidang ekologi. Bahwa sebuah pembangunan perlu memperhatikan dampak-dampak kedepan yang kemungkinan terjadi. Saya akan beri sebuah contoh kasus. Bahwa terjadi suatu pembangunan bendungan seluas 6000ha yang nantinya akan membebaskan lahan sawah, tegalan, dan lahan pemukiman warga. Maka langkah-langkah yang akan saya lakukan sebagai seorang antropolog adalah dengan melakukan studi larap dan studi amdal. Studi ini juga merupakan studi yang diakui dan dilakukan oleh pemerintah apabila sebuah pembangunan lebih dari 5 hektar.
            Studi Land Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP) atau disingkat LARAP yang dalam bahasa Indonesia berarti Rencana Kerja Pengadaan Tanah, Pemukiman Kembali dan Pembinaan (RK-PTPKP), yaitu yang secara singkatnya berarti suatu kajian pengadaan lahan. Studi LARAP ini mengkaji rencana mengenai pengambil alihan asset untuk kepentingan proyek pembangunan, yang kemudian akan menghitung besarnya ganti rugi bagi orang yang terkena dampak pembangunan beserta asset yang dimilikinya. Studi LARAP selalu berdasarkan informasi langsung dari masyarakat yang terkena proyek pembangunan. Informasi didapat bisa melalui wawancara maupun dalam bentuk diskusi. Dari hasil informasi dengan warga terdampak, maka LARAP ini nantinya akan menghasilkan rekomendasi tentang pembebasan lahan dan pemukiman yang akan terkena dampak dari pembangunan bendungan dan akan menghasilkan pula besaran angka ganti rugi serta rekomendasi pemukiman baru untuk Orang Terkena Dampak (OTD) tersebut.
            Besaran penggantian bervariasi tergantung kepemilikan lahan. Misalnya pemilik lahan yang bersertifikat akan diganti sesuai harga Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) bahkan bisa lebih tinggi, dipertimbangkan pula dengan harga pasar. Jika warga tidak memilikki sertifikat kepemilikan lahan atau lahan yang dimilikki ilegal berdasarkan aturan negara, maka tidak ada penggantian secara resmi, melainkan akan diberi penggantian dalam bentuk uang kerohiman. Yang dimaksud uang kerohiman adalah uang yang diberikan secara cuma-cuma oleh pemilik lahan kepada pemakai lahan tanpa izin;ganti rugi. Dalam hal ini adalah pemerintah yang akan membangun suatu proyek pembangunan, yang kemudian akan memberikan uang ganti rugi kepada lahan OTD yang akan dibebaskan.
            Langkah kedua, yaitu melakukan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999, disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting dilakukan dalam pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggara usaha dan/atau kegiatan. AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan atau proyek pembangunan, yang dilakukan pemerintah dalam upaya memutuskan apakah suatu kegiatan atau proyek layak atau tidak layak secara lingkungan. Dalam kajian AMDAL akan dianalisis berbagai dampak dari pembangunan bendungan dalam berbagai aspek.
Aspek-aspek yang akan diteliti dalam AMDAL biasanya terbagi kedalam 4 aspek, yaitu:
-          Geo-fisik-kimia
-          Biologi
-          Sosial-Ekonomi
-          Kesehatan masyarakat

            Untuk mengkaji aspek-aspek tersebut dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode Kuantitatif dilakukan untuk mengkaji dampak yang terukur seperti variabel kehilangan lahan garapan, luas lahan, jumlah asset, dll. Untuk menggali data dari variabel-variabel tersebut maka bisa dijawab dengan melakukan penelitian dengan metode kuantitatif dengan teknik pengisian kuesioner. Teknik memperoleh data dengan pengisian kuesioner bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu survey dan sensus. Survey dilakukan dengan cara mengambil sampel dari jumlah populasi. Tidak semua populasi dijadikan sebagai unit analisis, melainkan yang dipilih adalah sampel yang bisa mewakili hasil data yang diinginkan. Teknik seperti ini dilakukan dikarenakan tidak semua warga terdampak langsung oleh suatu kegiatan atau proyek. Survey sampel ini juga dilakukan jika kajian yang dilakukan cakupan wilayahnya tidak terlalu besar.
Rumus menentukan sampel: n=       N
                                                      N+1
n: jumlah sampling yang dicari
N: jumlah populasi di suatu wilayah yang terdampak
d: sampling error yang menjadi batas error data yang dicari (sampling error maksimal untuk kajian sosial adalah 10%. Dilarang lebih dari itu karena akan memengaruhi tingkat validitas (kepercayaan terhadap data).
Sumber: Rumus Slovin dari buku Riduan dan Kuncoro

            Sedangkan untuk mengkaji warga yang akan terdampak dalam jumlah yang telah diketahui seperti yang disebut di dalam soal yaitu  sebanyak 6000kk atau 30.000 jiwa, maka sangat ideal apabila dilakukan dengan sensus secara keseluruhan terhadap OTD. Pengisian kuesioner dengan cara sensus dilakukan pada semua populasi di suatu daerah yang diteliti. Dalam kaitannya dengan pembangunan bendungan sesuai soal yang ditanyakan, maka nantinya akan ada peneliti lapangan yang bertugas melakukan sensus kepada OTD dan melakukan wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan variabel yang telah dibuat.

            Selain dilakukan dengan metode kuantitatif, maka data juga perlu didukung dengan metode kualitatif untuk meningkatkan kualitas dan interpretasi  terhadap data. Caranya dengan melakukan indepth interview atau wawancara secara mendalam terhadap informan kunci atau informan yang dapat mewakili jawaban yang diinginkan antropolog. Jadi penelitian ini dapat dilakukan dengan 2 metode atau dalam bahasa metodelogi disebut mix methode (Cresswell).
            Langkah-langkah diatas adalah yang seharusnya dilakukan apabila terjadi suatu proyek pembangunan yang nantinya akan memilikki dampak besar bagi warga yang terpaksa harus direlokasi maupun yang terkena dampak secara tidak langsung. Perbanyak pula berbincang dengan warga yang terkena dampak karena kita pun perlu memahami cerita dari sudut pandang mereka. Begitulah tugas antropolog seharusnya, yaitu menjadi alat penyambung warga dengan pemerintah. Alangkah lebih baik apabila pemerintahan diisi oleh orang-orang antrop agar lebih paham pembangunan yang seperti apa yang mengacu pada apek manusiawi. Hehehe.

Sumber Referensi:
http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/faq/119-amdal/183-apa-itu-amdal


Minggu, 09 Oktober 2016

NOTED!

Pembelajaran datang dengan kita keluar dari zona nyaman. Dan dengan harapan mendapat pembelajaran itu, aku masukki pintu-pintu yang terbuka. Tapi bukan maksud karena aku begitu terobsesi. Aku tidak berupaya untuk mencapai sesuatu yang orang kata hebat. Aku tidak berniat untuk mencapai goals yang orang lain buat dengan perencanaan yang matang.

Hidup terlalu singkat hanya untuk mengikuti nafsu. Aku percaya bahwa di setiap langkah dalam hidup selalu penuh dengan pembelajaran. Pembelajaran itu proses. Proses selalu berkaitan dengan orang-orang yang ada di sekitar. Dengan bisa masuk ke semua jenis orang, mencoba menangkap maksud daripada hasil bercakap dengannya, atau hanya melihat dari gelagat tubuhnya.
The more I know the more I realized and made me asking this question “Apakah memang tidak ada lagi orang baik di dunia ini?”

Kocak. Memangnya sudah aku susuri dunia ini setiap inci per inci? Bahkan setiap sudut kota-ku saja belum aku jelajahi sepenuhnya. Mana mungkin aku mengenal seluruh isi dunia dan mengeneralkan semua hal.

Kesimpulannya, aku sudah pilih jalan baru ini, karena semuanya yang telah aku lalui setahun belakangan ini sudah terlalu usang.

DIA

Dia tidak terlalu penting.
Dia tidak pernah menjadi pemeran utama.
Untuk siapapun, dalam situasi apapun.
Dia hanya menjadi pemeran utama bagi dirinya sendiri.

Kisahnya selalu saja menyedihkan, dari berbagai sisi.
Kebahagiannya hanya bersifat sementara.
Karena di dunia ini tidak ada yang abadi, termasuk cinta.
Cintanya selalu mudah berubah seperti musim.

Selalu melulu soal cinta.
Masih lelaki yang itu-itu lagi.
Matanya seakan berkaca mata kuda, tak bisa melihat yang lain-lain.
Tanpa sadar dia melewatkan yang terbaik.

Nasibnya selalu sama.
Tidak ada perubahan.
Dia lelah juga, mengapa hidup sebegininya.
Hingga pada akhirnya hidupnya penuh lagi dengan gairah.

Begitu banyak orang yang dia temui setahun belakangan ini.
Membuatnya kagum dan berpikir:
“Apakah aku bisa seperti dia?”
Yang hidupnya banyak menebar manfaat, yang hidupnya begitu hebat.

Dia pun membangkitkan passionnya kembali.
Dia mulai lagi membuka matanya lebar-lebar.
Melihat kembali yang selama ini dia abaikan.
Mendengar kembali yang selama ini dia tidak dengar.

Dia buat semuanya kembali produktif.
Namun 1 hal yang dia tidak punya.
Berdiri tegap di barisan paling depan.
Tidak ada rasa percaya diri.

Orang-orang tidak ada yang mau melihat keberadaannya.
Memperdulikannya adalah hal yang sia-sia.
Tidak ada hal yang menarik dari hidupnya.
Semua orang meremehkannya.

Dan itu semua membuatnya muak.
Dia pun mencapai titik dimana ia harus berkata:
“Inilah saatnya”

Jumat, 22 Juli 2016

ISU PANASSS

            Akhir-akhir ini pemberitaan di media sedang hangat-hangatnya membahas berita yang kebanyakan berita internasional. Seperti yang kita tahu yang paling banyak menyita perhatian diantaranya yaitu kudeta pemimpin Turki oleh militer, lalu ada juga berita dari Prancis yang “katanya” ada teror yang dilakukan oleh seseorang dibalik kemudi truk yang mengakibatkan puluhan warga Prancis tewas, dan ada juga berita yang sangat hits abis yaitu demam game yang melanda masyarakat dunia → “POKEMON GO” yang banyak menimbulkan pro dan kontra. Berita-berita tersebut seminggu terakhir ini sering mampir di layar kaya kita dan terus-terusan dibahas pagi-siang-malam di media pemberitaan dan bahkan dikaji dalam sebuah debat diskusi oleh orang-orang penting yang (bisa jadi) berkepentingan. Memang tidak ada salahnya mengikuti pemberitaan atau kasus yang sedang hangat tersebut, karena selain menjadi sebuah pengetahuan dan membuka cakrawala kita lebih luas lagi, juga karena sebagai warga negara pun kia dapat bersikap lebih kritis dan simpati.
            Tapi coba lihat ke arah lain, masih banyak permasalahan yang terjadi di Indonesia. Disini saya kecewa pada media yang terus membahas hal yang itu-itu melulu. Entah pengalihan isu atau gimana saya gak ngerti, padahal masih banyak kasus dalam negeri yang layak untuk disoroti dan dimunculkan ke permukaan. Keenakan pemerintah dong kinerjanya tidak ikut disoroti. Banyak hal luput dari pemberitaan di media. Kasus di Indonesia tidak hanya hal-hal yang menyangkut kepentingan pribadi seperti yang selama ini kita lihat macam pemberitaan kriminal, pembunuhan pegawai bank oleh pacarnya, atau pembunuhan berencana Jessica-Mirna yang tak kunjung selesai itu. Ada yang tahu kasus pembangunan pabrik semen dan penambangan karst yang mengancam kehidupan warga dari belasan desa di Rembang Jawa Tengah? Kasus yang menyangkut hal manusiawi dan menurut saya dapat dikatakan pelanggaran HAM berat ini bahkan adem ayem saja kelihatannya. Padahal banyak sekali yang tidak kita ketahui bahwa kasus ini sebenaranya sudah ada sejak pemerintahan SBY dan hingga sekarang kasusnya pun tidak kunjung selesai. Padahal sejak awal mula masuknya pabrik PT. Semen Indonesia dan penambangan Karst ke wilayah gunung, Kendeng, Rembang, Jawa Tengah, warga setempat sudah melakukan berbagai bentuk protes. Warga jelas marah dan melakukan pemberontakan dikarenakan tidak adanya sosialisasi dan pemberitahuan terlebih dahulu seputar rencana akan dibangunnya pabrik semen dan penambangan karst di wilayah mereka. Aparat polres dan TNI mengintimidasi warga yang melakukan protes dengan menangkap  beberapa orang warga dan memperlakukan warga secara tidak berperikemanusiaan. Ibu-ibu ada yang sampai terluka dilempar ke semak belukar dan diperlakukan secara kasar.
Meski warga setempat telah mengajukan banding ke pengadilan dan melakukan berbagai usaha lainnya, PT. Semen Indonesia tetap meneruskan pembangunan usahanya. Rencananya, pabrik akan mulai berproduksi sekitar awal tahun 2017. Menurut kepala proyek Rembang PT. Semen Indonesia, Ari Wardhana, pembangunan pabrik PT. Semen Indonesia akan terus dilanjutkan. Proses pembangunan pabrik tidak mungkin dihentikan karena pada awal tahun 2016 saja pembangunan sudah mencapai tahap 82% dan akan merugi jika pembangunan pabrik tidak dilanjutkan. Kini PT. Semen Indonesia sudah mendapat 37 izin penting dan tinggal menunggu 2 izin perihal pinjam kawasan hutan atau jalan produksi dan tambang, serta izin dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perhutani. Walaupun demikian, warga Kendeng, Rembang, hingga saat ini terus melakukan aksi penolakan. Salah satu bentuk penolakannya yaitu dengan mendirikan mushola di tenda yang sudah mereka tinggali sejak 16 Juni 2014. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar mereka mendapatkan perlindungan dari Tuhan.
Beberapa bulan yang lalu, petani-petani perempuan yang merupakan warga Kendeng juga melakukan protes di depan istana negara. Mereka menyemen kakinya dengan harapan pemerintah melihat dan mendengar aspirasinya.
Dulu sebelum masuknya PT. Semen Indonesia dan membabat habis wilayah Kendeng, wilayah tersebut merupakan wilayah cekungan air tanah Watuputih. Sebagian besar lainnya merupakan kawasan hutan dan pesawahan yang menjadi sumber mata pencaharian mereka yang mayoritas petani. Warga Kendeng pun kini terancam kehilangan mata pencaharian yang selama ini telah mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Dari bertanilah mereka sebenarnya sudah cukup merasa sejahtera.
Protes yang dilakukan warga Kendeng tak ayalnya demi memperjuangkan hak untuk mempertahankan sumber mata pencahariannya kembali. Ibu-ibu ikut turun dan tak gentar menghadapi para aparat yang bertubuh besar dengan dilengkapi senjata saat mereka sweeping. Mereka harus mempertahankan wilayahnya agar dapat terus melanjutkan hidup. Perlakuan-perlakuan aparat terhadap warga yang melakukan aksi penolakan, terutama terhadap perempuan sungguh tidak manusiawi. Aparat ikut berdebat kuat dengan ibu-ibu, bahkan perlakuannya terlampau kasar. Tidak hanya dari omongan, para aparat pun bahkan bermain fisik untuk meredakan protes yang dilakukan warga. Aparat memperlakukan warga secara tidak baik dan juga melukai. Dalam hal ini saja sudah terjadi bentuk pelanggaran HAM. Setiap warga negara memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat mereka. Namun kenyataannya mereka malah mendapat respon negatif. Warga Kendeng pun merasa haknya tidak didengar dan tidak ada yang memihak pada mereka yang merupakan rakyat kecil, bahkan pemerintah sekalipun.
Pembangunan di wilayah pegunungan Kendeng tentunya mengeksploitasi Sumber Daya Alam di kawasan tersebut. Pembangunan sangat berdampak negatif secara langsung dan tidak langsung terhadap lingkungan alam juga lingkungan sosial. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, wilayah Kendeng merupakan kawasan cekungan air tanah Watuputih yang dialihfungsikan menjadi area penambangan batuan kapur untuk bahan baku pembuatan semen. Hal tersebut melanggar Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 pasal 63 yang menetapkan area tersebut sebagai kawasan lindung imbuhan air. Dan juga melanggar Perda RTRW Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 Pasal 19 yang menetapkan area ini sebagai kawasan lindung geologi (F. Sahat; 2016).
Selain itu terdapat Perda yang membuktikan bahwa pembangunan pabrik semen di wilayah Kendeng melanggar dan tidak layak untuk didirikan. Terlalu banyak kerugian yang timbul dibandingkan manfaat yang akan didapat. Proses produksi akan merusak sumber daya air yang berperan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan air warga Kendeng. Lahan-lahan yang habis untuk projek semen merenggut lahan penghidupan mereka. Pada akhirnya kegiatan pertanian, keseimbangan ekosistem mati sudah, demi kepentingan para kapitalis peraup untung.
Dari pembangunan PT. Semen Indonesia dan tambang karst di Kendeng, Rembang, banyak hak-hak warga yang terenggut. Bertahun-bertahun warga melakukan penolakan dan sempat pula dikabulkan permohonan untuk dibatalkannya pembangunan tersebut tetapi kenyataannya kini kegiatan pengeksploitasian terus berlanjut. Dampak-dampak negatif terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial di Kendeng sudah sangat terasa. Hal ini seakan menunjukkan bahwa hak-hak rakyat kecil kurang diperhatikan secara serius. Tidak hanya permasalahan HAM yang masih belum bisa diselesaikan secara adil, permasalahan yang menimpa warga Kendeng pun menunjukkan bahwa permasalahan hukum masih selalu saja memenangkan pihak yang lebih tinggi dan beruang banyak.

Sumber Referensi
http://m.antaranews.com/berita/536529/pabrik-semen-indonesia-di-rembang-berproduksi-2017 Tomy Apriando dan Sapariah Saturi. 2014. Tolak Tambang dan Pabrik Semen, Warga Rembang Diintimidasi TNI/Polri.

Sahat Farida. Selamatkan Kendeng Dukung Perjuangan Warga Rembang menolak pembangunan pabrik semen!!!.