Minggu, 17 Juli 2016

Indonesia VS Belanda

M
ungkin tak akan ada habisnya bila kita membandingkan Indonesia dengan negara-negara lain yang telah maju. Ini merupakan topik yang menarik untuk selalu dibahas. Indonesia sebagai negara dunia ketiga kini memang sedang dalam tahap perkembangan menuju era teknologi modern. Dan tak dapat disangkal bahwa Indonesia berkiblat pada barat. Kemajuan teknologi yang pesat, gedung-gedung yang berdiri kokoh, produktivitas industri, sarana dan prasarana yang memadai dan tertata, segalanya sangat diharapkan negara yang sedang dalam tahap lepas landas ini. Para pemimpin beserta para legislatifnya berbondong-bondong pergi ke luar negeri untuk “studi banding” dengan tujuan dapat mengkomparasi dan mencontoh hal-hal yang dimilikki oleh negara maju sehingga dapat diimplementasikan  untuk membangun negeri. Namun apakah hal seperti ini adalah konkrit dilakukan dalam pembangunan suatu bangsa?
Saya pernah membaca suatu buku yang cukup menarik yaitu Negeri van Oranje. Buku ini sudah diangkat pula menjadi sebuah film layar lebar, dan saya belum menontonnya sampai sekarang (?) LOL. Buku tersebut bercerita segala hal mengenai Belanda dari perspektif mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu disana. Dari membaca bukunya sangat dijelaskan bahwa isi dari buku tersebut mencoba menjelaskan perbedaan Belanda dengan Indonesia dari segi infrastruktur, tata ruang, kehidupan sosial budaya, kebiasaan dan keteraturan hidup warga-warganya. Saya pun dapat mengambil kesimpulan yang dapat digambarkan pada tabel berikut:

Belanda
Indonesia
Merokok di sarana publik, termasuk gedung stasiun, restoran merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan dikenai denda. Warga Belanda sangat mematuhi kebijakan tersebut dan merokok hanya ditempat yang telah disediakan dan hanya beradius 3 meter.
Memiliki kebijakan yang sama namun warga Indonesia menghiraukan larangan tersebut dan tetap merokok meskipun di tempat larangan merokok. Peraturannya pun tidak diterapkan dengan baik.
Negara yang memiliki akses internet sangat cepat. Contohnya saja jika kita mendownload film tidak perlu menunggu. Karena akan selesai dalam sekejap.
Jaringan internet tidak merata. Dan jika mendownload film akan menyita waktu.
Pasar tidak setiap hari ada. Hanya di hari-hari tertentu saja.
Dimana-mana ada pasar. Dan dimana ada pasar, disitu ada kesan kumuh dan tak teratur.
Supermarket tidak menyediakan kantong plastik. Tujuannya agar hemat kantong plastik dan ramah lingkungan. Solusi terbaik yaitu menggunakan kantong ransel atau keranjang sepeda jika berbelanja.
Tak perlu khawatir, di setiap supermarket tersedia kantong plastik. Meskipun akhir-akhir ini sudah dibuat kebijakan mengenai kantong plastik namun evaluasinya buruk.
Orang Belanda selalu tepat waktu dan menganggap keterlambatan sebagai perbuatan yang tidak sopan. Jika kita mempunyai janji dengan seseorang dan terlambat 5 menit saja sudah terhitung tidak sopan.
Paling sulit untuk menepati janji. Janjian jam berapa datang jam berapa. Telat sudah menjadi sesuatu yang lumrah.
Transportasi publik nyaman dan tertib. Namun mencari taksi sangat sulit, tidak dapat berhenti sembarangan, dan biayanya yang sangat mahal. 10 kali naik taksi sama dengan biaya kost 1 bulan. Lebih baik naik bus atau trem. Jika ingin lebih hemat dan mudah lebih baik menggunakan sepeda untuk pergi kemanapun. Sepeda merupakan transportasi nomor 1 di Belanda.
Transportasi publik jauh dari kata nyaman. Dan taksi mudah ditemukan dimana-mana. Orang Indonesia pun banyak yang memilih menggunakan kendaraan pribadi ataupun taksi.

Bisa dilihat bahwa Indonesia sangatlah tertinggal dari Belanda. Belanda memang sudah menjadi negara maju, namun para warganya memiliki tingkat kepedulian yang tinggi dan sangat mematuhi peraturan yang ada. Meski dapat dikatakan tidak ada yang tidak ada di Belanda. Segala yang dibutuhkan tersedia. Seperti sarana publik yang memadai, teknologi yang berkembang dengan baik, dan fasilitas-fasilitas semuanya tersedia. Namun warga Belanda tidak memiliki rasa angkuh, tetap bersikap rendah hati, dan tidak semua fasilitas yang tersedia dimanfatkan mentah-mentah oleh mereka. Buktinya saja meskipun sarana angkutan umum sudah sangat maju dan serba cepat, namun mereka masih menggunakan sepeda sebagai transportasi nomor 1 di negaranya. Selain itu warga Belanda memilikki tingkat kepedulian yang tinggi dan sangat mematuhi peraturan yang ada. Entah karena peraturannya yang sangat memaksa warganya untuk disiplin atau karena warga Belanda memiliki tingkat kesadaran yang luar biasa? Saya menilai bahwa di Belanda, pemerintah beserta warganya saling bekerja sama dalam memelihara dan saling peduli akan negaranya. Dapat dikatakan bahwa Belanda memilikki peraturan yang mampu dijalankan oleh warganya karena sanksi yang dikenakan jika melanggar peraturan sangat berat dan benar-benar dijalankan tanpa ada pengecualian. Hukum yang ada tidak hanya tertulis begitu saja namun juga fungsional. Sehingga warganya mengikuti peraturan tersebut dan memilikki kepedulian dan kepekaan yang lebih terhadap keberadaan dirinya di tempat ia berada.
Eittttss, tapi tidak semua aspek saling berbeda diantara kedua negara ini. Ada satu hal yang dapat disamakan antara Indonesia-Belanda yakni birokrasinya yang “ruwet” (LOL). Diperlukan kesabaran dan ketekunan dalam perihal mengurus hal-hal mengenai birokrasi. Belanda menjajah Indonesia selama ratusan tahun, dan mereka menurunkan urusan birokrasinya yang “ruwet”. Ini menggambarkan birokrat kita belum merdeka hingga sekarang.
Kembali kepada pertanyaan awal. Apakah melakukan studi banding dengan cara membandingkan dan mencontoh negara yang telah maju adalah konkrit dilakukan  dalam membangun bangsa?
Mungkin dapat dibenarkan dan tidak dapat seluruhnya pula dapat dibenarkan. Adalah baik jika pemerintah dapat mencontoh kemajuan negara-negara yang telah maju sepeti halnya Belanda. Dan saat ini pemerintah sedang dalam tahap pembangunan dalam segala sektor kehidupan. Contohnya saja dengan membangun sarana-sarana seperti proses pembangunan monorail, memperbanyak dan merevitalisasi sarana angkutan umum, dan memfasilitasi taman-taman kota. Hal-hal yang didapat dari studi banding pemerintah dengan mencontoh tata ruang kota dan sebagainya dari negara-negara maju diharapkan dapat diterapkan di Indonesia demi terciptanya keindahan dan keteraturan. Namun mirisnya, dengan melihat fakta yang ada dan proses dalam pengimplementasian pemerintah dalam usaha membangun bangsa tidak semulus apa yang direncanakan. Seperti yang ada di dalam tabel misalnya. Indonesia masih sangat jauh dari Belanda dari berbagai sektor kehidupannya. Terutama dalam membuat suatu peraturan perundangan serta membangun karakter pribadi dan kesadaran warganya. Hal ini justru yang saya anggap penting agar bangsa ini ingin maju. Tidak hanya memperbagus sarana dan tata ruang di setiap sudut kota, membangun kesadaran dan kepedulian setiap individunya juga sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Maka “PR” bagi  Jokowi akan program “revolusi mental” nya!

#ujungujungnyapresidenlagi #masihadawaktukokpak #kamibantu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar